Tanggal 05 November dikenal sebagai Hari Jadi Minahasa. Tanggal tersebut menjadi Hari Jadi Minahasa, melalui Rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat II (dua) Minahasa, dan ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 1983, tertanggal 01 Oktober 1983, masa oleh Bupati Kepala Daerah Minahasa, Alex Lambertus Lelengboto1.
05 November 2024, Tou Minahasa akan merayakan Hari Jadi Minahasa ke-596.
Banyak kisah tentang Hari Jadi Minahasa, 05 November 1428.
Konon, tanggal 05 November, merujuk pada hari lahir, Dr GSSJ (Gerungan Saul Samuel Jacob) Ratulangi (05 November 1890-30 Juni 1949).
Sementara tahun 1428, sebagai gabungan tanggal 14 dan 28. Tanggal 14 diambil dari Peristiwa Merah Putih di Manado, 14 Februari 1946 dan tanggal 28, berdasarkan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Perayaan Hari Jadi Minahasa ke-555 pada tahun 1983, tanggal 05 November, ada yang beranggapan hal itu diambil dari merek rokok “555” yang menjadi favorit, Alex Lambertus Lelengboto, seorang berpangkat Kolonel Purnawiran (Purn), yang menjabat sebagai Bupati Kepala Daerah Minahasa.
Berikut perjalanan singkat penetapan Hari Jadi Minahasa.
24-27 Mei 1982 bertempat di DPRD Minahasa, dilaksanakan Seminar Sejarah Penetapan Hari Jadi Minahasa. Keputusan seminar ini menimbulkan banyak pro kontra.
18 Januari 1983 diadakan pertemuan bertempat di Kaaten (Matani 3) Tomohon.
18 Juli 1983, pimpinan DPRD Minahasa kembali melakukan pertemuan dengan para sejarawan, budayawan dan tokoh masyarakat lainnya.
Setelah sebulan tidak ada lagi sanggahan,
01 Oktober 1983, DPRD Minahasa menetapkan Hari Jadi Minahasa, 05 November 1428.
Minahasa, kini telah terbagi-bagi menjadi beberapa kabupaten dan kota, yakni Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan (Minsel), Minahasa Utara (Minut), Minahasa Tenggara (Mitra), Kota Manado, Bitung dan Tomohon.
Sudah selayaknya, Hari Jadi Minahasa yang penuh kisah ini, dirayakan oleh seluruh elemen masyarakat Minahasa raya, yang kini tersebar/terbagi menjadi beberapa daerah otonom.
Kota Bitung (kala itu Kota Administratif Bitung) ‘pisah’ dengan Kabupaten Minahasa, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 Tahun 1975.
Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Selatan, menjadi kota/kabupaten otonom, ‘pisah’ dengan Kabupaten Minahasa berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2004.
Kabupaten Minahasa Utara dimekarkan dari Kabupaten Minahasa pada 18 Desember 2003. Menjadi kota otonom berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2005.
Kabupaten Minahasa Tenggara menjadi kabupaten otonom, dan diresmikan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Ad Interim Widodo AS, 23 Mei 2007.
Perayaan Hari Jadi Minahasa dengan melibatkan seluruh komponen Minahasa raya, karena melihat kata Minahasa dikenal juga dengan sebutan Malesung, Minaesa dan Mahasa, yang artinya menjadi satu.
Selain itu, sebutan Minahasa, juga merujuk pada musyawarah. Tou Minahasa sejak dahulu kala sangat suka bermusyawarah untuk menyelesaikan perselisihan atau konflik.
Watu Pinawetengan (Batu Pinabetengan), tempat perdamaian, menjadi titik sentral tercetusnya Minahasa atau Minaesa.
Kolonel (Purn) Alex Lambertus Lelengboto (1928 – 1988) menjabat Bupati Kepala Daerah selang 20 Desember 1982-21 Desember 1987.
Populer
Terkini
- CSSR KAMPANYE SEKALIGUS HIBUR WARGA TOMOHON
- MEMAHAMI MISINFORMASI & DISINFORMASI DALAM PILKADA 2024
- MANFAAT SDGs JIKA PASLON TERPILIH MENJADI WALI KOTA
- BEBERAPA FAKTA SEPUTAR PILKADA TOMOHON 2024
- TIPS MENGHINDARI & TIDAK MEMPERCAYAI HOAX DI PILKADA 2024
- PASLON NOMOR URUT 2 DAN 3 BERSAING DI PILKADA TOMOHON 2024
- GLENNY KAIRUPAN, KOMISARIS PT GARUDA INDONESIA
- PENTINGNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI SDGs
- RINCIAN SDGs: 232 INDIKATOR, 169 TARGET & 17 TUJUAN
- DEBAT PUBLIK KETIGA PILKADA 2024 KOTA TOMOHON