Akhir-akhir ini perhatian publik terarah pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang hari ‘H’-ya, Rabu, 27 November 2028. Para Kandidat Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon tengah melangsungkan berbagai kegiatan untuk mencitrakan diri guna meraup suara sebanyak mungkin.
Sebagaimana diketahui, ada 3 (tiga) Pasangan Calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon. Ada incumbent yang ingin mempertahankan posisinya dan pasangan calon lain yang datang dari berbagai latar belakang.
Persaingan untuk merebut DB 1 G, mulai berlangsung ketat dan ‘panas’. ‘Memanasnya’ kontestasi politik praktis Pilkada 2024 ini, penyebabnya antara lain, mulai terciptanya isu dan narasi-narasi tertentu yang mungkin atau dinyakini sebagai strategi kampanye.
Strategi kampanye para tim kampanye/tim pemenangan kian beragam, salah satunya dengan penggunaan media sosial (medsos) untuk menjangkau masyarakat. Dengan waktu yang semakin mendekat, dinamika politik Tomohon diperkirakan akan semakin intens. Hal ini tentu menjadi bagian dari momen penting bagi masyarakat selaku pemilih untuk mencermati isu dan narasi guna menentukan pilihan, memilih pemimpin yang mampu menjawab tantangan yang ada dan mewujudkan harapan ke depan.
Selain melalui debat publik terbuka pasangan calon, juga melalui media sosial, para pendukung maupun tim kampanye/tim pemenangan menghadirkan berbagai isu dan narasi. Tuding menuding, ungkap mengungkap kekurangan kandidat lain menjadi isu dan narasi di media sosial. Sementara para pendukung mengangkat kelebihan dan prestasi kandidat pujaannya.
Masing-masing pihak berupaya melakukan perlawanan atau pembelaan untuk mengcounter tudingan yang bisa mempengaruhi opini publik.
Salah satu isu besar yang muncul adalah tudingan ”penindas” dan “pembohong” yang dialamatkan kepada salah satu calon wali kota. Tuduhan ini tidak hanya berdampak pada citra pribadi calon, tetapi juga dapat memengaruhi dukungan pemilih yang berpotensi berubah menjadi negatif.
Dalam konteks ini, media sosial berfungsi sebagai arena utama bagi para pasangan calon untuk menyebarkan narasi mereka dan merespons isu-isu yang berkembang. Tim kampanye harus berstrategi lebih untuk menangani konteks sosial yang dinamis dan mampu memanfaatkan isu-isu yang ada untuk kepentingan mereka. Misalnya, melalui konten kreatif dan argumen yang strategis, pasangan calon dapat meluruskan informasi yang salah dan membangun narasi alternatif yang lebih positif, membantah tuduhan yang dialamatkan kepada mereka.
Selain itu, penting untuk disadari bahwa setiap isu yang muncul dapat memengaruhi opini publik secara signifikan. Para pemilih yang terpapar narasi negatif akan lebih cenderung membuat keputusan berdasarkan emosi rather than facts. Oleh karena itu, respons yang cepat dan tepat dari tim kampanye dalam menghadapi isu-isu ini sangat krusial. Penggunaan platform media sosial sebagai alat untuk berinteraksi secara langsung dengan pemilih juga menjadi penting, karena dapat membangun hubungan yang lebih akrab dan memberikan pemilih ruang untuk mengekspresikan pandangan mereka.
Secara keseluruhan, dinamika isu dan narasi dalam kampanye Pilkada Tomohon memerlukan pengelolaan yang hati-hati oleh semua pihak yang terlibat agar dapat meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan dukungan pemilih.
Dalam Pilkada 2024 Kota Tomohon, peran buzzer semakin menjadi sorotan utama dalam mengatur strategi kampanye. Buzzer, yang umumnya merupakan individu atau kelompok yang dibayar – atau tidak (mereka yang secara sukarela/fanatik pada salah satu kandidat) untuk menyebarkan pesan tertentu di media sosial, memiliki pengaruh signifikan dalam membentuk opini publik. Mereka seringkali dikelompokkan dan diorganisir oleh tim kampanye calon, dengan tujuan untuk mempromosikan citra positif, mendiskreditkan lawan politik, dan meningkatkan engagement di platform media sosial.
Strategi yang diterapkan oleh buzzer umumnya mencakup pembuatan konten yang provokatif dan menarik, baik dalam bentuk tulisan, gambar, maupun video. Mereka juga cenderung menggunakan narasi emosional untuk menarik minat audiens dan membuat calon lebih relatable. Dapat dicontohkan, penggunaan meme atau video singkat di platform seperti Facebook, yang dapat dengan cepat menarik perhatian pengguna, menjadi salah satu cara efektif untuk mengedukasi dan mempengaruhi pemilih. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan buzzer untuk menjaring perhatian di ranah digital dapat berimplikasi pada pandangan masyarakat mengenai pasangan calon.
Related Posts
PILKADA 2024, BAGAIMANA KANDIDAT MENGIMPLEMENTASIKAN SDGs
MENGAKU JENDERAL NASUTION, TEWAS DI LUBANG BUAYA
BAGAIMANA ANGGOTA DPRD MELAYANI KONSTITUEN DAN PERANNYA TERHADAP EKSEKUTIF
Facebook, sebagai salah satu media sosial paling populer di Indonesia, sering menjadi ladang subur bagi buzzer dalam menyebarkan narasi kampanye. Dengan fitur iklan berbayar dan algoritma yang mendukung interaksi, buzzer mampu menyasar audiens yang spesifik dan mengukur efektivitas kampanye mereka. Melalui kegiatan ini, mereka tidak hanya membantu para calon dalam membangun citra publik, tetapi juga berpotensi mengubah hasil pemungutan suara. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang peran buzzer menjadi sangat penting untuk menilai dinamika politik yang terjadi dalam kontestasi ini, serta dampaknya terhadap proses demokrasi di Kota Tomohon.
Diluar dari pada kampanye yang semakin ‘panas’, karena mulai terciptanya isu dan narasi tertentu, menjelang Pilkada, 27 November 2024 Kota Tomohon, banyak warga yang berharap pemimpin yang terpilih dapat mengatasi berbagai tantangan sosial, ekonomi serta mampu mengembangkan infrastruktur juga mengimplementasikan SDGs (Sustainable Development Goals).
Keterlibatan aktif masyarakat dalam menentukan pilihan mereka menunjukkan, Pilkada 2024 bukan hanya sekadar ajang politik praktis, tetapi juga manifestasi aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat.
Masyarakat awam maupun kaum pemerhati politik, mulai memberikan prediksi masing-masing hasil Pilkada. Beberapa analis mengindikasikan, pasangan calon yang memiliki pengalaman di bidang pemerintahan dan keterlibatan yang aktif di masyarakat akan memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan Pilkada. Namun, tantangan yang dihadapi masing-masing pasangan calon tidak dapat diabaikan. Isu-isu seperti transparansi dalam pemerintahan, penanganan masalah ekonomi, serta pengelolaan sumber daya alam menjadi tantangan yang harus dihadapi. Pasangan calon yang mampu menyampaikan dan menjelaskan terkait isu-isu ini tentunya akan dapat menarik simpati pemilih.
Pilkada 2024, bukan sekedar pemilihan dan hasilnya, namun dampaknya akan menentukan arah pembangunan Kota Tomohon selama lima tahun ke depan. Banyak yang percaya bahwa kepemimpinan yang efektif akan membawa kemajuan dan memperkuat partisipasi publik dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mencermati setiap pasangan calon dan memahami program-program yang ditawarkan.
Proses pemilihan ini tidak hanya akan membentuk kepemimpinan, tetapi juga akan menjadi dasar bagi perkembangan kota, menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Melalui pemilihan yang cerdas, masyarakat Tomohon memiliki kesempatan untuk menentukan masa depan yang lebih cerah.
Populer
Terkini
- CSSR KAMPANYE SEKALIGUS HIBUR WARGA TOMOHON
- MEMAHAMI MISINFORMASI & DISINFORMASI DALAM PILKADA 2024
- MANFAAT SDGs JIKA PASLON TERPILIH MENJADI WALI KOTA
- BEBERAPA FAKTA SEPUTAR PILKADA TOMOHON 2024
- TIPS MENGHINDARI & TIDAK MEMPERCAYAI HOAX DI PILKADA 2024
- PASLON NOMOR URUT 2 DAN 3 BERSAING DI PILKADA TOMOHON 2024
- GLENNY KAIRUPAN, KOMISARIS PT GARUDA INDONESIA
- PENTINGNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI SDGs
- RINCIAN SDGs: 232 INDIKATOR, 169 TARGET & 17 TUJUAN
- DEBAT PUBLIK KETIGA PILKADA 2024 KOTA TOMOHON