PELAYANAN SEKOLAH MINGGU JADI SOROTAN RAPIMNAS DSM GSJA

Peserta Rapimnas DSM GSJA yang dilaksanakan di Royal Safari Garden Resort & Convention, Cisarua Bogor, Selasa-Jumat, 04-07 Februari 2025.

Menarik disimak dinamika dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Departemen Sekolah Minggu (DSM) Gereja Sidang Jemaat Allah di Indonesia (GSJA), yang dilaksanakan Selasa-Jumat, 04 -07 Februari 2025 di Royal Safari Garden Resort & Convention, Cisarua Bogor, Jawa Barat (Jabar).

Salah satu hal yang dikritisi adalah apa jadinya jika gereja tidak ada pelayanan Sekolah Minggu.

Direktur Departemen Sekolah Minggu GSJA di Indonesia,  Ps Meilan Wantalangi-Pio mengatakan, jika sebuah gereja tidak memiliki Pelayanan Anak Sekolah Minggu, setidaknya ada beberapa konsekuensi dapat terjadi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

“Yang pertama, kehilangan generasi penerus gereja. Tanpa Pelayanan Sekolah Minggu, anak-anak kehilangan wadah untuk belajar firman Tuhan sejak dini. Ini dapat menyebabkan mereka kurang mengenal iman Kristen dan berisiko menjauh dari gereja ketika dewasa. Kedua, dalam Pelayanan Sekolah Minggu tidak hanya mengajarkan Alkitab, tetapi juga membentuk karakter Kristen melalui nilai-nilai seperti kasih, ketaatan, dan pengampunan. Tanpa pendidikan rohani sejak kecil, anak-anak lebih mudah terpengaruh oleh nilai duniawi,” paparnya.

Ketiadaan Pelayanan Anak Sekolah Minggu ini, Meilan melanjutkan, akan berdampak luas baik bagi keluarga dan lingkungannya.

“Pelayanan Sekolah Minggu sering kali menjadi jembatan antara anak-anak dan orang tua dalam membangun kehidupan rohani keluarga. Jika tidak ada pelayanan anak, tanggung jawab pengajaran iman lebih berat bagi orang tua, yang mungkin kurang siap atau kurang memiliki waktu,” jelasnya.

Hal yang cukup menakutkan, menurut Meilan, adalah gereja kehilangan dinamika dan Keberlanjutan. 

“Ini berarti gereja dalam keadaan mati. Walaupun mungkin hanya ada dua, tiga anak dalam pelayanan kita, mereka harus dilayani dengan ketulusan hati gereja. Anak-anak adalah bagian penting dalam kehidupan gereja. Jika mereka tidak dibina, gereja bisa mengalami penurunan jumlah jemaat di masa depan, karena tidak ada regenerasi jemaat. Ini sudah berindikasi, tinggal tunggu waktunya gereja itu ditutup,” ungkapnya, seraya menambahkan bahwa pelayanan anak dalam gereja bukan sekadar tambahan, tetapi merupakan bagian penting dari misi gereja untuk mendidik dan membentuk generasi Kristen yang kuat.

“Tanpa Sekolah Minggu, gereja berisiko kehilangan masa depannya. Oleh karena itu, gereja sebaiknya berupaya menyediakan pelayanan yang relevan bagi anak-anak agar iman Kristen tetap berakar dalam kehidupan mereka sejak dini,” sambungnya.

Rapimnas DSM GSJA di Indonesia ini dibuka secara resmi oleh Wakil Ketua Umum GSJA, Pendeta (Pdt) Alexander Nunuhitu dan dihadiri Tim 7 DSM GSJA, dan para Ketua DSMD GSJA se-Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top